parizz

parizz

Sabtu, 24 Maret 2012

puisi VI

Ayah

Diantara derai-derai hujan
Dan angin malam yang kian mencekam
Bocah kecil menyusuri jalan
Tak peduli hari yang semakin kelam
Bocah kecil terus berjalan dan berjalan.
Menyusuri ruang demi  ruang kehidupan..
Ia tahu apa yang harus dicarinya
Sang ayah
Sang empunya cerita tentang derita..
Pergi tanpa berita
Dan kini duka terus saja ada
Ayah..
Kemana kau pergi mengembara..
Kenapa aku tak kau bawa serta
Apa aku terlalu membawa derita
Apa aku tak berguna
Ayah..
Aku anakmu..
Bagian dari tulang rusukmu..
Aku anakmu..
Ingin bertemu

puisi V

Ya Rabb..

Senja tiba membuka hari
Setelah habis malam merajut mimpi
Kini sang mentari menyambut pagi
Dengan cahaya sinar ilahi

Diantara siang dan malam yang silih berganti
Cahaya dan gulita yang kujalani
Aku ingin memujaMu dengan sederhana
Apa adanya tanpa ada rasa bangga

Ya Rabb..
Kau begitu sempurna
Sesempurna apa yang Kau cipta
Kau yang paling sempurna

Ya Rabb..
Kau hadirkan aku dalam dunia fana
Tuk mencari sejuta makna
Tentang air mata, duka dan bahagia

Ya Rabb..
Sang Maha dari segala Maha
Izinkan  aku memujaMu hingga akhir menutup mata..
Hingga tubuh ini terbaring tanpa nyawa
Ya Rabb..

Senja tiba membuka hari
Setelah habis malam merajut mimpi
Kini sang mentari menyambut pagi
Dengan cahaya sinar ilahi

Diantara siang dan malam yang silih berganti
Cahaya dan gulita yang kujalani
Aku ingin memujaMu dengan sederhana
Apa adanya tanpa ada rasa bangga

Ya Rabb..
Kau begitu sempurna
Sesempurna apa yang Kau cipta
Kau yang paling sempurna

Ya Rabb..
Kau hadirkan aku dalam dunia fana
Tuk mencari sejuta makna
Tentang air mata, duka dan bahagia

Ya Rabb..
Sang Maha dari segala Maha
Izinkan  aku memujaMu hingga akhir menutup mata..
Hingga tubuh ini terbaring tanpa nyawa

puisi IV

Bayang-bayang  kelabu

Sepanjang jalan kehidupan..
Telah begitu jauh langkahku mengembara..
Sempoyongan menangkap baying-bayang ilusi…
Kadang harapan senantiasa terbang….
Menginjak batas kesabaran nurani..
Aku hanyalah pengikut sang waktu
Menyelam dalam kedalaman samudera impian
Terseret  ombak kemlaratan..
Trpukau luka masa silam..
Kini ku lihat bayangku menghilang
Terlempar bagai rontokkan daun
Di musim kemarau..
Dan nasib kini memenjara di jeruji sepi..
Nasib hitam sang kehidupan..
Mengalir bagai air yang mambang..
Dan kini, biarlah takdir menuliskan segala kisah tentangku
Tak ada yang perlu disesali..
Tak perlu sembunyi dari  kejaran derita..
Hari-hari kelam ini akan segera berganti..
Ingatlah, roda kehidupan takkan berhenti berputar..
Coba tatap langit yang terbelah
Di bawah samudera impi yang mebara..
Dimana segala kisah dimulai..
Dan diakhiri tanpa air mata..

puisi III

Jangan Lagi

Rasa itu datang lagi
Menyusup dalam relung  hati yang telah mati
Saat aku merasa sendiri
Saat aku merasa tak lagi berarti
Dan tak ada lagi celah tuk mencurahkan isi hati
Saat itulah ia datang membawa senyuman
Diantara derasnya hujan
Dan malam tanpa bulan
Seperti cahaya di ujung jalan
Ia hadir membawa segumpal rasa
Tuk insane yang selalu berduka
Tapi aku tak lagi ingin kecewa
Biarkan saja aku terluka
Dari pada hidup berurai derita
Karna cinta yang tak terungkap kata

puisi II

Berlalu

Diantara sinag dan malam yang silih berganti
Perlahan aku mulai sadari
Hari-hari yang tak berarti
Kini tak mungkin terulang kembali

Detak sang waktu telah berlalu
Seiring kisah masa kelabu

Untaian do’a demi do’a
Yang mengalun seiring asa
Hanyalah pinta yang sederhana
Tuk hari esok yang lebih bermakna

puisi I

Mengapa..

Saat aku ingin berlari..
Mengapa yang ada hanya arena yang tak pasti..
Batuan cadas dan kerikil tajam menanti..
Saat aku ingin berdiri..
Yang ada hanya gulita yang menghadang..
Saat aku ingin bernyanyi…
Yang ada hanya lirih dengung di telinga..
Kini bisrkan aku membisu..
Diamkan saja aku..
Hingga tergores penuh seluruh perasaan ini..
Bisrkan saja aku menangis meratapi lara diri seorang diri
Hingga luka lama terkuak kembali..
Tolongg!!..
Akhiri semua ini..
Putuskan ikatan diantara kita..biarkan aku bebas,
Meski harus menahan pedih teramat dalam..
Cukup sampai disini cerita cinta ini..
Demi aku, kamu dan dia..

cerpen IV

Kisah cinta Rubi’ah

19 tahun berlalu, namun luka itu belum juga hilang dari batinnya,  sampai kapanpun sakit hati Rubi’ah masih belum terobati. Batinnya menjerit setiap kali melihat si mbok meamatung dalam sepi dengan pandangan kosong melompong. Si mbok akan berteriak histeris setiap kali ada orang yang mendekatinya, terkecuali Rubi. Anak semata wayangnya yang kini tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu jelita dipandang. 
Rubi memang berbeda dengan kebanyakan orang karangrejo lainnya . tubuhnya yang tinggi semampai, kulit kuning langsat yang begitu bersih juga wajahnya yang mirip orang asing itu, membuatnya begitu jelita untuk dipandang
Takdir membawanya terseret dalam arus kehidupan yang begitu kelam , terlahir dari rahim seorang perempuan desa yang mengalami depresi kejiwaan karena diperkosa oleh orang Belanda yang kala itu sedang melancakan aksi  jajahannya di daerah itu . “anak haram” begitu teman-teman masa kecilnya  memanggilnya . Rubi tak bisa mengelak karena ia sendiripun tidak tahu siapa sebenarnya ayah kandungnya.
Gadis kecil itu begitu polosnya hingga tidk tahu apa yang sebenarnya menimpa si mbok yang melahirkannya hingga sampai mengalami depresi berat seperti itu
.
“kenapa lagi si ndok?pasti diganggu anak kampong lagi to?”
Tanya Omah pada Rubi ketika melihatnya pulang dengan kepala tertunduk dan mata berkaca-kaca.
“sudahlah nduk, ndak usah didengerin!  Mereka itu gak tahu apa-apa .” lanjut Omah
“gimana bisa ndak dengerin omongan mereka  omah? Sedangkan setiap hari mereka menghinaku?”
Tangis Rubi mulai meledak dan Omah hanya bisa terdiam melihat cucunya menangis sejadi-jadinya.
“sekarang Omah jawab! Apa benar aku ini anak haram?” bentak Rubi
“ndak nduk, ndak..” jawab Omah terharu
“kalau begitu katakana siapa sebenarnya bapakku? Kenapa semenjak aku kecil hingga saat ini ia tak pernah menampakkan batang hidungnya?”
“tenang ndukk, tenang dulu..!! mbok akan jelaskan yang sebenarnya. Mungkin ini sudah saatnya kamu tahu.”
“begini, dulu waktu tentara Belanda mulai memasuki desa ini, awalnya mereka baik . mereka memperlakukan warga denagn sopan, itulah sebabnya ibu kamu jatuh cinta pada orang belanda itu, akhirnya meraka jatuh cinta dan orang belanda itu berjanji akan menikahi ibu kamu. Namun semakin hari perlakuan orang belanda semakin berubah, dan akhirnya kita semua tahu niat buruk mereka datang ke desa ini. Hingga pada akhirnya warga mengusir orang-orang Belanda itu dari desa ini. Termasuk bapakmu.”
“lalu?” kata Rubi
“ya, omah tahu bapakmu itu sebenarnya orang yang baik, jujur, ndak seperti orang belanda lainnya. “
“berarti aku ini punya ayah?”
“iya,kamu punya ayah nduk, tapi sayang perkawinan mereka diketahui  oleh orang-orang jepang lainnya. Dan mulai saat itulah ayah kamu menghilang tanpa kabar”
“kenapa?”
“omah juga gak tahu nduk, soal itu hanya ibu kamu yang tahu. Nah, yang penting sekarang kamu tahu kalau kamu punya bapak dan kamu bukan anak haram”

Rubiah hanyalah seorang gadis karangrejo biasa yang baru saja diperistri oleh sulaiman yang seorang tukang becak yang berpenghasilan tidak seberapa,namun memiliki tubuh yang gagah dan wajah rupawan. Banyak pemuda di desa itu yang merasa iri pada sulaiman. Bagaimana bisa seorang tukang becak yang miskin bisa memperistri bunga desa yang harumnya di incar oleh setiap pemuda.
Rubiah tidak pantas jadi istri sulaiman. Mereka berpendapat bahawa ia lebih pantas jadi istri seorang petinggi desa. Namun rubiah melihat sisi lain dari seorang sulaiman. Meskipun ia harus hidup miskin paling tidak ia bisa bahagia. Hingga pada suatu ketika,disuatu pagi  yang mendung Parto salah seorang tukang becak teman sulaiman menggedor gedor pintu rumahnya.

“Rub…Rub, buka Rub.. cepat”
“iya,iya…… sebentar , ada apa sih?
Rubi berlari meninggalkan dapur menuju pintu dan ketika ia membukakan pintu ia mendapati suaminya tergeletak tak berdaya dengan tubuh berlumuran darah digendongan parto

“yang sabar yo rub….,barusan sulaiman di tabrak mobil sampai kayak gini. Lukanya ndak terlalu parah.makanya aku bawa pulang. Soalnya yang nabrak lngsung kabur.
Rubi tersentak sedemekian hebat mendapati keadaan suaminya. Seketika kepalanya langsung berkunang-kunang dan nafasnya seakan sesak ia pun terjatuh tak sadrakan diri. Akhirnya sulaiman hanya diobati oleh seorang tenaga medis relawan yang tidak mempunyai peeralatan cukup.
Rubi membuka mata dengan penglihatan yang masih samar-samar dan kepala pening. Dilihatnya para tetangga yang mulai memenuhi rumahnya untuk sekedar menengok keadaan sulaiman.

“yang sabar yo nduk!” kata seorang tetangga yang duduk disampingnya sembari menepuk nepuk pundaknya
“mas sulaiman!!!!”teriak rubi ketika ia baru menyadari apa yang menimpa suaminya.
“suamimu ndak apa-apa kok nduk, Cuma kata dokter kakinya retak, jadi ya kemingkinan besar suamimu akan lumpuh”
“lumpuh!!!” ulang rubiah tak percaya. Sementara air mata telah membasahi wajahnya

Rubiah tak tahu lagi harus bagaimana . suami yang juga tulang punggung keluarganya kini lumpuh dan itu berarti tak mampu lagi mencari nafkah. Lalu , siapa yang akan menghidupinya?
Begitu mengharu biru kisah cinta yang dialami seorang Rubia’ah. Seperti halnya kisah hidupnya yang menyedihhkan. Namun inilah takdir yang sudah digariskan sang maha pencipta untuknya.

cerpen III

Hidup Baru

Berawal dari sebuah pertemuan tak terduga di sebuah halte bus.
Hari itu cuaca benar-benar panas, tak seperti biasanya butir-butir keringat mulai membasahi kening Bian yang sedari tadi menanti bus jurusan Jakarta-bogor. Ia semakin beram karena bis yang ditunggunya tak kunjung dating sementara suasana dalam halte semakin pengap akan kerumunan orang . Ditambah lagi pedagang asongan yang berteriak-teriak menawarkan dagangannya juga segerombolan ABG anak SMP yang duduk di samping kiri Bian bergurau membicarakan hal-hal tidak penting  dengan gaya alay yang membuatnya semakin jengekel.
“permenn..permenn!! tissue…! Rokokkk.!!”
“wuahaaa..ha… yah pokoknya loe, gue end..zzzzzzzzz”
“gila yah nih halte udah kayak pasar deh, berisik bangettt!!! Mana panasnya gak kira-kira , bisa diem gak sihhh???”. Gerutu Bian yang jengkel pada segerombolan ABG tadi.
Seketika anak-anak SMP itu terdiam menatap Bian yang wajahnya mulai memerah dan matanya melotot seperti hampir keluar .
Bian yang kesal kemudian beranjak pergi  dan menjauh, mencari  tempat yang lebih nyaman . Di pojok halte ada tempat kosong  di sampingnya duduk seorang pemuda bertopi hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Tanpa piker panjang lagi Bian langsung mendududki tempat  kosong itu
Tanpa ia sadari pemuda bertopi si sampingnya memperhatikan Bian yang kelihatan kesal dan gelisah.
“kanapa? Kok kelihatannya jengkel banget?” Tanya pemuda itu
“e, iya . abisnya, panas banget cuacanya.” Jawab Bian Spontan
“kamu nunggu bus ke Bogor juga?”
“iya nih, kok gak datanga datang yah??”
“oh , sama dong! Aku juga dari tadi nunggu bus itu”
“oh ya, kenalkan aku Raffi.” Lanjut pemuda itu
Bian terkejut dan seketika membelokkan wajah kea rah pemuda itu
“a  aku Bian,!! Bianca.” Jawab Bian dengan salah tingkah
“ohh Bian, salam kenal yah.” Kata Raffi ketika  menjabat tangan Bian sembari membuka topi hitamnya  yang menutupi hampor sebagian wajahnya.
Bian terperangah melihat wajah pemuda itu yahg mengembangkan senyuman begitu manis di bibirnya. Membuat Bian tersipu malu dan terdiam merasakan denyut nadinya nberdegub tak menentu.
“nah itu dia, busnya sudah dating.” Kata Raffi membuyarkan semua lamunan Bian
“oh iya, ayo kita naik!!” jawab Bian yang baru tersadar dari lamunannya dan segera beranjak menaiki bus.
Tatapan mata Raffi, pemuda misterius yang sering ia temui di halte bus itu menggambarkan ketenangan jiwa  dan senyuman yang mengembang di bibirnya membut Bian selalu terbayang-bayang dan bila Bian mencoba mengingat-ingatnya, ia kaan gtersenyum-senyum sendiri  bahkan tertawa-tawa sendiri  seperti orang gila. Penampilannya yang rapi dengan gitar klasik yang selalu dibawa pemuda itu di punggungnya, aneh memang, tapi menurut Bian pemusa misterius itu unik, lucu dan keanehannya membuat Bian selalu teringat.

Pagi menjelang, matahari mulai menampakkan sinarnya , sementara Bian masih terbuai  mimpi indah di ballik selimut hangatnya.
“ndokk. Ndokk, bangun! Udah siang…’
“iya Omah, bentar lagi… “ jawab Bian belum sadar
“Lho kamu nati ketinggalan bus gimana?? Ayo cepet bangun!!!” bentak  Omah
“iya… iya..”
Dengan terpaksa ia terbangun , matanya sembab karena tidur kemalaman dan bibirnya sedikit membengkak , ia kemusian menanggalkan slimut hangatnya dengan berat hati . ia berusaha menyadarkan diri bahwa kehidupannya kini tak lagi seperti dulu. Kini roda kehidupan telah mebawanya ke satu  posisi paling dasar . Ia sadar orang tua kandung yang dulu memanjakannya denagn segala  fasilitas kini telah tiada. Rumah mewah, mobil Pribadi,  supir, kasur empuk,  semuanya sudah hilang.  Dan kini yang ada di hadapannya hanya kamar sempit tanpa AC  dan kasur empuk. BIan masih sering sekali belum bisa menerima kenyataan ini. Berat memenag, Dallam waktu sesingkat itu ia harus kehilangan orang tua kandung, yang paling menyayanginya di dunia ini juga semua harta yang ia miliki.
“waaaaaaaaaah…” jerit Bian . ia menangis meluapkan kesedihannya  hamper setiap pagi di depan kaca riasnya dan menatap wajah lusuhnya ketika menangis.
“come on Biann!!!  Waktu gak akan berhenti melihat kamu  kayak gini, ayo move on.. move on!!”
Bian berusaha dan berusaha membuat dirinya bangkit , tapi itu tak semudah membalikkan telapak tangan karena sejak kecil Bian terbiasa dimanjakan, dilayani segala kebutuhannya dan membanggakan segala apa yang dimilikinya. Mungkin inilah yang dinamakan karma, Tak disangka Tuhan merubah semua kehidupan seorang Bianca dalam*sesaat . kala itu kebakaran melanda  tempat tinggalnya, hingga semua miliknya hangus terbakar api. Bian selamat meski kedua orang tuanya ak dapat diselamatkan lagi. Sejak itulah Bian kehilangan  segalanya. Hidupnya terasa hancur lebur, akhirnya Bian hidup bersama keluarga Tante Mona sahabat almarhum ibunya. Walaupun kehidupannya berubah 180 derajat dari kehidupan lamanya.

Kejadian itu membuatnya depresi berat. Ia menjadi pendiam dan tak banyak bicara, ia juga kehilangan semangat hidup dan merasa tank berarti lagi.
“ohhh..!! kasihan, puteri Bianca rambutnya sampai berantakan gitu yah naik bus ekonomi.”
Sindir Gloria, teman sebangkunya yang sedari dulu benci pada kecongkakan Bian
“gak usah comment deh,  dasar Glorila!” balas Bian beram

Saat itulah karma membuatnya sadar akan kehidupan tak selamanya sama, hidup ini berputar. Kecongkakannya dulu membuat teman-temannya  jengkel  , dan kini ketika Bian tak punya  apa-apa lagi untuk dibanggakan . semua orang menjauhinya, bian dikucilkan dan tidak diterima lagi oleh mereka.

Pulang sekolah ia tak mampu lagi membendung rasa sedihnya,  dalam Bus ia memilih tempat di pojokan. Dan disanalah air matanya membanjir tak terkendali
“kenapa?? Kenapa hidupku jadi seperti ini Tuhan..”
Batinnya menjerit  menahan rasa marahnya pada teman-temannya, kala itu Biaan merasa benar-benar sendiri tak ada seorangpun yang menyayangi dan peduli akan keadaannya .
“Bian…?” sapa seseorang yang tiba-tiba duduk disampingnya
“kamu? Raffi..” terkaget
“please aku lagi ingin sendiri  sekarang.”
“so apa aku harus pergi? Bukan gini caranya menghilangkan kesedihan , sobat.”
“apa peduli kamu?”
“ aku peduli, karena aku tahu kamu pasti punya masalah yang berat sampai nangis kayak gini.”
“udahlah ini bukan urusan kamu.”
“gak, gak.. pokoknya kamu harus cerita, sekarang kamu ikut aku!!” paksa raffi

Raffi menggandeng tangannya dan menariknya turun dari bus. Ia membawa Bian pada satu tempat  yang begitu sepi diaman hanya ada pepohona dan suara  gemericik air danau dihadapannya.
“disini, biasanya aku meluapkan kesedihan aku sering kesini kalau aku marah dan bosan sama hidup yang kujalani.” Kata Raffi
“wuahhhhhhhhh” Bian berteriak sekuat tenaga meluapkan kesedihannya
“iya, teriaklah sepuas kamu kalau kamu merasa  bisa sedikit lega . gak akan ada yang dengar suara kamu disini.”

“aku.. aku  gak mau hidup lagi..”
“ kamu ngomong apa Bian?, aku gak tahu seberapa besar masalah yang menimpa kamu tapi coba buka mata dan lihatlah sekeliling kamu! Banyak orang di dunia ini memperjuangkan hidupnya dengan segala upaya. Karna hidup itu mahal, dan kamu? Kenapa harus membenci hidup jika kamu bisa membuatnya lebih berarti.”
“please come on” lanjut Raffi
Bian kehabisan kata-kata , ia terkejut, terpaku mendengar kata-kata bijak yang keluar dari mulut seorang laki-laki yang baru dikenalnya itu.  Ia sadar hidupnya masih panjang dan tidak harus berakhir disini hanya karena cobaan..

Cerpen II

Hanya maaf

11 Jan 1999, ukiran itu masih tertoreh jelas di serat kulit pohon akasia yang semakin menua termakan waktu. Ranum meamandangi ukiran itu tanpa peduli waktu terus berlalu dan hari telah menyongsong malam. Ia terlanjur larut dalam memori masa kecilnya bertahun-tahun silam , memori yang tidak mungkin hilang dari otaknya. Seketika terbesit dalam benaknya sesosok wajah seorang bocah laki-laki  yang dulu pernah mengisi hari-harinya, mengembangkan senyum di bibirnya dan menceritakan banyak hal tentang kehidupan di dunia ini.
 Bocah ingusan itu begitu berarti buat seorang Ranum , gadis kecil yang kehilangan keceriaannya karena takdir . Ia terlahir dengan keterbatasan fisik, tuna wicara membuatnya merasa berbeda dari teman teman lauinnya, ia dikucilkan, dijauhi, dan diasingkan dari kehidupan sosial. Ranum kecil akhirnya hidup terasing dalam keheningan , larut didalamnya , dan tidak pernah mengenal dunia luar. Ketakutan , ia takut akan mata-mata tajam yang siap mengintainya di luar sana. Namun seiring waktu berlalu seorang bocah ingusan hadir ditengah kekelaman hidupnya, Jojo teman sebayanya  dengan perlahan menuntun Ranum menuju kenyataan.
“ulat kecil, lihatlah! Dari kepompong itu sebentar lagi akan keluar kupu-kupu yang cantik .”
Ranum memandangnya dengan heran dan tak percaya
“eh.. jangan disentuh num!! Biarkan kupu-kupu itu berusaha keluar dengan usahanya sendiri.”
Tambah Jojo
Rasa penasaran ditambah kasihan melihat kupu-kupu itu tak kunjung keluar membuat Ranum beram , ia mengatakan sesuatu pada Jojo  dengan bahasa isyarat yang dimengerti  JoJo.
“kasihan, nanti dia bisa mati.”
“jangan!! Kamu tahu usahanya untuk mengeluarkan diri itulah yang nantinya akan menjadi  kekuatannya untuk bisa terbang..” jelas Jojo
“ta..tapi..”
“kamu mau dia gak akan bisa terbang?”
Ranum berhenti dan terperangah mendengar ucapan Jojo . sesaat kemudian kupu-kupu itu telah mampu keluar dari kepompongnya dan mengepakkan sayap cantiknya .
“kamu lihat kan? Nah ulat kecil, aku ingin kamu belajar dari kupu-kupu itu , semangatnya, usahanya, juga perjuangannya untuk mengeluarkan diri dari jeratan kepompong  hingga bisa hidup di alam bebas dan mengepakkan sayap cantiknya.”
Terlampau jauh ranum menyongsong masa lalu.  Kini lsngit mulsi memerah  dan  sebentar lagi malam menjelang, tapi ia masih ingin menanti Jojo di bukit itu. Ia sangat tahu siapa sahabatnya itu dan Ranum percaya Jojo tak akan mengingkari janji yang diucapkannya 11 tahun silam.
“ aku akan datang num, tunggu aku disini.”
Sementara butiran-butiran bening mulai membasahi pipinya, mengenang kata-kata itu, perasaan bimbang mulai menggelayuti hatinya.
“bagaimana mungkin jojo melupakannya setelah bertahun-tahun aku menanti hari ini tiba. Haruskah ini yang ku dapatkan?”   dalam hatinya mulai bimbang
“Jojoo..!! dasar bodoh ., kenapa aku setolol ini ? mana mungkin Jojo mengingatku .. mungkin ia terlalu sibuk hingga lupa akan janji yang diucapkannya .”

Batinnya menjerit , entah apa perasaan yang dirasakannya kala itu. Kecewa, sedih bercampur luka menjadi satu . ranum pulang membawa segumpal  kecewa  karena tahu ajanji Jojo kini hanya berbuah  butiran-butiran lara yang membanjiri pipinya. Seharian ia menunggu Jojo di bukit tapi kini harus pulang dengan raut kecewa
“ aduh ndukk.!! Kamu itu kemana saja? Dari tadi si mbok cari kemana-mana gak ketemu.”
Ranum hanya menggelengkan kepala seraya mengusap air  mata di pipinya  berharap si mbok tak pernah tahu perasaan yang sedang dideritanya saat itu.
“itu loh.. ada orang mencari kamu nduk. Ayo cepet pulang!”
 Ranum tercengang, mungkinkah orang itu…

****
Sebuah mobil marcedes berwarna silver mewah terpakir di depan halaman rumah gubuk kecil di ujung jalan desa. Ranum berlari meunuju pintu rumah dan mendapati seorang laki-laki berpenampilan parlente dengan jas, dasi, sepatu hitam mengkilat dihadapannya. Bukan seseorang yang selama ini ia bayangkan sebagai sosok seorang Jojo. Mungkinkah bocah ingusan itu kini telah menjelma menjadi seorang pangeran yang begitu sempurna.?
“ah.. ulat kecil, kemana saja kau?” Tanya laki-laki itu pada Ranum
“ulat kecil??” laki-laki itu memanggilku ulat kecil. Ohh tuhan apakan ini benar-benar nyata ataukah hanya ilusi semata??”
Ia benar-benar Jojo , bocah ingusan yang semenjak tadi dinantinya. Ia tak percaya ternyata Jojo masih mengingatnya  dan janji yang diucapkannya dulu. Kali ini air mata membasahi pipinya lagi. Air mata bahagia…
“sudahlah Num, kenapa menangis?, lihatlah kamu sudah menjelma menjadi kupu-kupu yang cantik sekarang.” Sangat berbeda dengan jojo yang ia kenal dulu. Mungkin

Entah apa yang ia rasakan kala itu, di satu sisi rasa senang menyeruak dalam hatinya karena Jojo masih mengingat janji yang siucapkannya 11 tahun silam, di sisi lain ia merasakan ada sesuatu yang aneh pada sosok sahabat kecilnya itu. Penampilan, gaya bicara, dan cara ia menatap Ranum.  Semuanya sudah berbeda, orang dihadapannya itu seperti orang lain, bukan jojo sahabatnya.

Ranum menggerak-gerakan tangannya seraya berbicara pada Jojo
“kamu masih mengingat aku jo?”
Jojo tertawa kecil, “bagaimana bisa aku melupakan sahabat seperti kamu Num?”
**
“Jonathannn??” kata seorang perempuan berambut pirang dank ulit kecoklatan yang muncul dari balik pintu
“jadi ini yang namanya  Ranum?”
Belum sempat Jojo menjawab perempuan itu melanjutkan kata-katanya
“ternyata biasa aja yah? Aku pikir dia lebih dari ini , sampai-sampai kamu rela datang ke kampung kumuh  ini.”
“diam kamu.!!” Bentak Jojo

Ranum tercengang, mendengar kata-kata perempuan itu yang meamnggil jojo dengan Jonathan?
“siapa perempuan ini Jo?”
“dia clarissa” jawab Jojo
“ya, aku adalah istri Jonathan” celetuk perempuan itu

Seketika, Ranum merunduk menyembunyikan air mata yang mulai jatuh di pipinya, rasanya bagai disambar petir , mendengar kata “istri” dari mulut perempuan itu, ranum shock. Kehabisan kata-kata. Tak tahu harus berkata apa lagi.
“ maafkan aku Num! aku tak punya pilihan lain, aku harus menikahinya.” Jelas Jojo
Ranum tersentak sedemikian hebat,  berharap apa yang terjadi saat ini adalah tidak nyata, hanya halusinasi. “hanya maaf?” setelah sekian hari yang dilaluinya untuk menanti seorang  Jojo , dan sekian harapan yang telah melintas dalam benaknya.kini ia hanya bisa diam dan diam, tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Takdir membawanya pada satu kenyataan yang mengharu biru , tak ada pilihan lain untuk Ranum kecuali pasrah dan menerima  apa adanya takdir yang disuguhkan Sang maha Pencipta .

cerpen

ohh mama!!!

Dilema, sebuah kata yang mampu menggambarkan betapa tak menentu  suasana hati Vivi kala itu. Rasa berdosa dan rasa puas silih berganti menguasai batinnya, rasa puas karena telah mendapatkan uang senilai  Rp 500.000 membuatnya tersenyum, menerawang lalu membayangkan betapa kerennya bila ia memiliki hanphone merek terkenal  yang selama ini ia idam-idamkan. Lalu terlintas dalam benaknya tatapan iri  dari teman-temannya yang selama ini menganggapnya berpenanpilan kampungan dan serba kekurangan.
Entah apa yang membuatnya sampai hati nekat mengambil uang mama ros secara diam-diam hanya karena keinginannya untuk memiliki handphone seperti teman-teman lainnya  sudah tak mampu lagi ia bendung, membeludak dalam otaknya dan akhirnya membutakan hati nuraninya.
“dengan uang ini, aku bisa membeli handphone seperti milik Luna dan Sarah. Siapa bilang seorang Vivi gak bisa bergaya kaya mereka!” batin Vivi.
Sepintas terbayang pula dalam benak Vivi bagaimana sikap Sarah jika melihat penampilannya yang lain dari biasanya ketika menggunakan handphone  mahal itu, mungkin Sarah akan berdecak kagum dan memuji-muji dirinya atau justru sebaliknya, mungkin Sarah akan memandang sinis vivi dan mengatakan
“bagaimana bisa seorang Vivi, anak tukang jahit bisa beli Hp semahal itu? “
“Tahu rasa kau” . gumam vivi dalam hati kecilnya.
“jangan kau kira aku gak mampu beli barang mahal”
Perasaannya melambung begitu tinggi hingga Rasa congkak itu tiba-tiba  menguasai hatinya.
 Tapi seketika menyeruak rasa berdosa dalam hatinya, menerjang, membeludak bagai bom atom yang siap meledak. Rasa puas itu memudar begitu saja , sama seperti ketika ia mengambil uang itu..
“ohh tidakk, bagaimana kamu bisa sekejam ini? Mencuri hasil jerih payanh mama menjahit hanya untuk membeli sebuah handphone model baru yang canggih, trendy, dan harganya selangit itu. Dan yang paling konyol semua ini aku lakukan hanya untuk sekedar membuat teman-temanku berdecak kagum atas apa yang aku punya. Lagi pula siapa yang akan percaya kalau seorang Vivi yang mamanya hanya seorang penjahit kecil-kecilan dan papanya sudah tiada, mampu mebeli handphone semahal itu.

Tentu teman-temanku akan menyangka bahwa handphone ini bukan merek yang aslinya alias bajakan, atau mungkin mereka akan menuduhku mencuri handphone orang lain, atau bahkan mengira bahwa handphone ini adalah barang temuan. Semua perasaan itu terbayang-bayang begitu mengerikan, seketika terlintas pandangan iri Sarah disertai ejekan yang keluar dari mulut bingasnya.
“wiisssssh,!! Keren banget Vi, kamu banyak duit deh , sampai bisa beli handphone semahal itu. Tapi omong-omong itu bukan barang hasil mencuri kan? Atau mungkin kamu nemu di jalan?”
Ahh!! Vivi menghela nafas dalam-dalam . perasaan bimbang menggelayuti hatinya, di satu sisi batinnya begitu menginginkan handphone itu . namun di sisi batin lainnya perasaan bersalah memaksanya mengembalikan uang itu kembali ke tempat semula secara diam-diam seperti saat ia mengambilnya.

Sejenak hati Vivi terombang ambing oleh dua pilihan yang begitu membingungkan dan menyulitkan. Bagaimana bila mama bertanya penuh selidik
“dari mana Vivi punya uang untuk membeli handphone semahal itu?”
Ah itu hal mudah, apa salahnya kalau aku menjawab bahwa uang sebanyak itu dari hasil tabunganku selama ini. Gampang kan? Aku berhak mempunya handphone mahal yang bisa buat internetang, chatting , foto-foto, smsan, telfon-telfonan dan lain sebagainya. Bukan Cuma mereka mereka saja seperti  Sarah dan Luna yang selalu menyombongkan diri dengan semua barang yang mereka miliki . aku ini kan juga remaja, sama seperti mereka yang sedang suka-sukanya bergaya, aku ingin jadi pusat perhatian teman-teman lainnya biar dianggap tidak kampungan.
Tapi haruskah untuk mendapatkan semua itu aku harus tega mengambil uang mamaku sendiri?. Dan haruskah aku bergaya-gaya sementara hatiku tidak akan merasa tenang dan tersiksa karena terus menerus dihantui oleh perasaan bersalah.
Ahh!! Betapa lelahnya ia memikirkan hal serunit itu hingga tanpa ia sadari matanya perlahan-lahan tertutup dan akhirnya ia hanyut dalam buaian mimpi denagan pulasnya, sampai-sampai ia lupa akan sesuatu yang sudah terbiasa ia lakukan sebelu tidur “berdo’a”.

***
Pagi-pagi sekali  kira-kira pukul setengah lima Vivi terbangunkan oleh suara rebut yang membuyarkan semua mimpi-mimpiindahnya. Tidak lain adalah suara perdebatan antara mama dan tante mumun
“salah mbak sendiri kenapa menyimpan uang sembarangan, sekarang kalau sudah begini, kita mau cari kemana lagi. Bagaimana kalau ada pencuri yang masuk rumah kita?” kata tante Mumun.
Vivi segera bangun dan duduk di pinggir ranjangnya, seraya mengucek-ngucek  matanya, lalu dengan serius ia mulai menguping percakapan nantara mama dan tentenya itu
“aku gak sembarangan menyimpan uang, seingatku aku menyimpannya di lemari pakaian.”
Tiba-tba badan Vivi gemetar menahan gejolak perasaannya yang berfikir bahwa sesaat lagi perbuatan nya akan ketahuan.
“kemarin ak lihat masih ada, sejak itu aku gak periksa lagi. Baru tadi pagi aka periksa, eh uangnya sudah tidak ada??”
Terdengar samar-samar suara isak tangis mama diantara perbincangan itu.Vivi yang merasa tidak bisa mendengar dengan jelas langsung berlari mendekati pintu dan mengintip pembicaraan mereka.
“padahal uang itu mau akau tabung untuk biaya sekolah Vivi nanti selulus SMA Mun, aku ingin dia melanjutkan kuliah setinggi-tingginya biar gak susah cari uang seperti aku, itu harapan akau satu-satunya.”
“ya udah yang sabar ya mbak, mungkin ini cobaan dari Allah buat mbak.”
“iya, kalu memang sudah hilang aku sudah ikhlas, tapi aku bingung bagaimana aku bisa cari uang sebanyak itu lagi? Vivi kan sudah mau lulus Mun…”
Vivi tercengang mendengar kata-kata mama saat itu, betapa ia merasa menjadi anak paling durhaka  di dunia ini. Ia lemas tak berdaya dan menjatuhkan dirinya di bawah pintu, tanpa terasa air matanya menbeludak, membanjir tak terkira. Saat itulah vivi sadar bahwa hanya karena gengsi nuraninya bisa tertutup hingga berbuat senekat itu, ia sadar ternyata ia hanyalah seorang gadis dari keluarga miskin , tak semestinya ia bergaya seperti halnya Luna ataupun Sarah.
“ohh Tuhan, kenapa  aku bisa sejahat ini?”
Sejuta rasa haru memenuhi seluruh ruang batin Vivi. selama ini aku belum menyadari ketulusan hati mama, sebaliknya, aku menganggap mama pelit dan jarang memenuhi permintaan anaknya. Satu per satu terlintas dlam benak Vivi segala kebaikan , ketulusan, dan jerih payah mama untuk meanjakan anak semata wahyangnya itu. Ketika ingat bagaimana mama rela menjual kalung emas peninggalan alamarhum papa satu-satunya hanya untuk melunasi tunggakan SPP sekolah Vivi selama 4 bulan. Sering sekali mama bekerja hingga larut malam bahkan sampai menjelang pagi, hanya untuk menyelesaikan jahitannya dengan harapan agar ngkos jahitannya kan segera diterima untuk uang saku Vivi
Dalam kesadaran penuh ia tahu yang harus dilakukannya saat itu adalah bersimpuh memohon maaf kepada sang mama. Dengan terisak-isak  Vivi berlari dan langsung bersimpuh dihadapan mama
“ma, hukum Vvivi ma!! Pukul nakamu ini, aku lah yang sudah mencuri uang mama.”
 tangis Vivi meledak setelah ia mengungkapkan semua perbuatannya , vivi memilih berterus terang dan mengembalikan semua uang mamanya .
“ gak Vi, mama gak akan hukum ataupun memukul kamu, asalkan kamu mau menjelaskan untuk apa kamu sampai senekat ini mencuri uang mama?”
Sejenak Vivi menerawang jauh wajah mama dan berusaha  mencari raut marah pada wajah itu , tapi tak sedikitpun ia menemukannya.
“Vivi malu mengatakannya ma..” ucap Vivi
“kenapa harus malu? Aku ini mama kamu Vi, mama tahu mama gak bisa memenuhi segala yang kamu minta. Tapi kamu berhak punya keinginan nak, nah sekarang katakanlah! “ bujuk mama sambil menerawang jauh mata Vivi sembari mencari jawaban atas segala perbuatannya.
“Vivi ingin punya handphone seperti teman-teman yang lainnya ma.!”
“ jadi, kamu nekat mengambil uang mama untuk membeli handphone nak? Kalau begitu mama akan menjual gelang mama ini untuk membelikanmu handpone!” jawab mama smbari memegangi gelangnya itu.
“gak ma, mama gak boleh jual gelang itu!! Aku gak mau lagi punya handphone,  lagian aku juga sudah tahu kalau uang itu anatinya juga untuk biaya sekolahku kan?”
“iya, apa kamu masih ingat pesan almarhum papamu dulu Vi,?” Tanya mama
“  papa mamamu ini Cuma orang miskin Vi, gak akan selalu bisa memenuhi setiap  keinginan kamu.!  Nah , mulai sekarang kalau kamu menginginkan sesuatu. Mintalah sama Tuhan! Dia punya segalanya, dan gak ada yang gak mungkin jika sudah kehendaknya nak.” Kata almarhum papa sewaktu masih hidup dulu
“ Vivi menyesal pa, ma, vivi janji gak akan  minta sesuatu yang macem-mecem lagi sama mama.! Maafkan anakmu yang tak tahu diri ini ma!”
“iya Vi, mama sudah maafin kamu kok.” Jawab mama dengan senyuman mengembang di bibirnya
Dan akhirnya semua berakhir  tanpa air mata…

***