parizz

parizz

Selasa, 08 November 2011

Ketika Cinta Bertasbih

Kritik Satra

Film Ketika Cinta Bertasbih karya salah satu novelis  beraliran islami Indonesia Habiburahman Elshirazy memang sempat mewarnai  dunia perfilman Indonesia dengan nuansa keislaman yang kental. Film tersebut juga memberikan warna baru sekaligus menonjolkan jiwa religius yang selama ini jarang diangkat  menjadi sebuah karangan sastra. Film ini cukup menggemparkan dengan bukti bahwa  berjuta-juta penikmat fim Indonesia telah menonton  film ini. Namun meski menyerap banyak penonton., ungkapan tak ada gading yang tak retak ternyata berlaku juga untuk film ini. Dilihat dari hasil tampilannya yang cukup mengecewakan karena tak bedanya dengan FTv biasa, alurnyapun kurang menarik sehingga penonton cenderung tidak terkesan . Dilihat dari segi ceritanyapun kurang masuk akal. Salahsatu contohnya adalah Tokoh Azzam yang merupakan mahasiswa lulusan universitas Al-azhar Mesir setelah kembali ke Indonesia tidak mendapat pekerjaaan yang pasti, bahkan hanya menjadi seorang supir truk dan penjual atau pengusaha bakso. Menurut saya, hal tersebut kurang masuk akal karena bagaimana bisa seorang mahasiswa lulusan luar negeri harus  bersusah payah mencari pekerjaan yang tidak senmestinya dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi. Pemain yang berperan dalam film KCB ini juga bisa dibilang urang menjiwai karakter yang diperankannnya.
Walaupun secara keseluruhan film ini memang cukup bagus dan sukses ditayangkan di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar