parizz

parizz

Selasa, 31 Januari 2012

cerpen "mata hati"

Mata Hati
Kelam, segalanya begitu kelam sekelam saat malam menjelang. Dimataku tak ada beda antara malam ataupun siang, yang tersisa hanyalah kegelapan yang tak pernah henti menyelimuti duniaku. Ya, dunia yang ku ciptakan sendiri dengan imajinasi khayal melampaui batas imajinasi manusia biasa. Kegelapan telah menjadi kawan setiaku mengarungi hidup ini. Begitu setianya hingga aku pun larut dalam kehampaan.
Sinar mentari semakin terik, kurasakan kehangatan merasuk ke dalam pori-pori kulitku. Aku tahu aku tidak akan pernah bisa menatap sang mentari namun aku bisa membayangkannya di balik kegelapan ini dengan imajinasi yang luar biasa, ku hadirkan sang mentari dalam dunia khayalku.
Begitu banyak keindahan di dunia ini yang sangat ingin ku lihat,kadang terfikir dalam benakku “untuk apa tuhan menciptakan semua keindahan alam semesta ini jika aku tak boleh melihatnya?. Itu adalah salah satu bentuk protesku kepada Tuhan, namun semua perasaan itu bisa lenyap begitu saja karena Omah menyadarkanku akan semua karunia Tuhan.
“kita tidak punya pilihan lainLuna! Semua yang terjadi pada kamu adalah kehendak Tuhan. Percayalah, kehendakNya adalah yang terbaik untuk kamu.
“yang terbaik? Omah gak akan pernah tau betapa tersiksanya aku hidup terkurung dalam kegelapan ini!!
“Nak, seharusnya kamu bersyukur. Masih banyak orang yang jauh lebih menderita dibanding kamu. Omah tau mata kamu memang buta, tapi kamu punya ketegaran hati yang luar biasa nak, jangan lupakan itu.!”
“tapi apa aku salah. Tuhan memang gak adil mah. Bahkan aku gak bisa lihat wajahku sendiri! Apa itu adil?
“Luna!! Kamu bicara apa, kenapa kamu jadi seperti ini nak? Ini bukan Luna yang Omah kenal .”
Aku tak sanggup berkata kata lagi mendengar suara Omah menangis, aku tersadar akulah yang membuatnya menagis seperti ini, betapa jahatnya aku.. aku begitu merasa bersalah pada diriku sendiri. Aku berjanji Omah,aku akan menjadi wanita yang tegar.
Jika aku diberi kesempatan untuk dapat melohat walau hanya sekejap saja maka orang pertama yang paling igin kulihat adalag Omah. Orang yang paling bejasa dalam hidupku yang tak pernah letih merawat dan menyayangiku juga memberiku motivasi tuk tetap tegar menjalani hidup.
Sejak kecil musik telah menjadi bagian dalam hidupku , begitu besarnya keinginanku untuk dapat memaimkam alat musik. Dengan keterbatasan ini aku mencoba menggeluti dunia musik sedalam-dalamnya dengan bantuan mas Rama, tetangga sekaligus teman baikku yang mengajariku denagn begitu telaten hingga aku bisa semahir ini. Begitu banyak hal yang Ia ajarkan padaku fingga aku sudah menganggapmya sebagai kakak laki-lakiku.
“aku kagum sama kamu Lun, sekarang kamu stdah semahir ini.”
“ihhh, mas Rama bikin Luna jadi GR tau. Luna bias seperti ini juga karena bantuan mas Rama kan.”
“iya, tapi sekarang kamu jadi lebih mahir dari aku”
“O yah mas, aki baru bikin lagu. Mas mau dengerin gak?”
“iya, pasti masdengerim kok.”
Pagi itu mas Rama mengajaku pergi ke sanggar lukis tempatnya bekerja. Jam 9 tepat Ia menjemputku di rumah, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk pergi bersamanya.
“aduh… aduhh cucu Omah sudah dewasa sekarang, sudah punya pacar “
“Omah!! Janagan gitu dong!Luna kan jadi malu”
“udah gak papa kok, Omah bias ngerti. Gini-gini Omah kan juga pernah muda!”
“Iya…iya”
“tapi, menurut Omah apa mas Rama adalah laki-laki yang baik buat aku?”
“kalau menurut Omah Rama itu laki-laki yang sangat baik nak, sudah tampan, mapan, sopan lagi. Kamu beruntung bias dapatkan dia.” Jawab Omah sembari merapihkan rambutku dengan sisir.
“tuhhh, nak Rama sudah datang. Ayo cepet temuin dia!”
“gimana Lun, sudah siap?” Tanya mas Rama
“iya, kita pamit dulu mah”
“nak Rama tolong jaga baik-baik Luna yah! Omah percayakan Luna sama kamu.”
“Omah tenang aja, Luna gak akan apa-apa selama ada aku disampingnya”
“yaudah, hati-hati ya”
Mas Rama adalah seorang pelukis terkenal, ia telah membangun sanggar lukis yang cukup besar dengan usahanya sendiri, ia juga mendapat banyak penghargaan dari karya lukis yang dihasilkannya. Bisa dibilang mas Rama adalah seorang pemuda yang sukses menekuni bidangnya. Semua kelebihannya itu membuat aku semakin mengagumi sosok seorang Rama Praditya.
Kali ini ia ingin menjadikanku model untuk lukisannya, ia menyuruhku duduk di sebuah kursi . mas Rama bilang aku adalah model perempuan yang selama ini dicarinya untuk dilukis di atas kanvas.
Setelah itu kami bernyanyi bersama dengan iringan melodi piano. Sebuah lagu cinta yang ku ciptakan untuk mas Rama, Kami menghabiskan waktu bersama dan saat itulah
Ku rasakan indahnya kehidupan ini. Dalam hati ku berkata
“Semoga saat seperti ini takkan pernah berakhir. Tuhan tolong jangan pisahkan kami karena aku bagitu mencintainya.”
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini malam sudah menjelang. Mas Rama mengantarku pulang ke rumah. Hari ini ia mebuatk merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya, perasaan cinta yang membuatku bahagia tak terkira. Mungkin inilah yang dinamakan jatuh cinta.
“Omah aku pamit pulang, sudah larut malam sepertinya Luna juga sudah mengantuk.!”
Pamit mas Rama pada Omah
“iya, makasih lho nak Rama sudah menemani Cucu Omah.” Jawab Omah
“aku pulang dulu yah Lun” katanya pelan sembari mencium tanganku.
Dari suara mas Rama ku rasakan betapa berat ia meninggalkanku. Semenjak dia pindah rumah kami memang sulit bertemu, tidak seperti dulu ketika ia masih menjadi tetanggaku, hamper setiap hari kamu menghabiskan waktu bersama.
Pukul 11.05 terdengar telefon rumahku bordering. Omah yang mengangkat telefon itu$2C ku dengarkan pembicaraan omah samar-samar.
“iya benar, dengan siapa ya ini??” Tanya Omah
“apaaa???? jerit Omah terkaget.
Saat itu ku rasakan debar jantungku bergejolak begitu hebat ketika Omah mengatakan
“innalillahi wainnailaihi raajiuun”
Kemudian Omah berlari menghampiriku
“nak Rama kecelakaan Lun, kita harus segera ke rumah sakit!”
“gak… gak mungkin?” kataku tidak percaya.
“barusan adiknya Rama yang telefon, katanya Rama sudah kritis. Yang sabar ndok, kita berdo’a saja sama Tuhan semoga Rama selamat!”
Aku mencoba menenangkan diri,beristighfar sebanyak mungkin berharap semua ini tidak benar-benar terjadi. Akal sehatku belum bisa menerima semua kenyataan ini, tak terasa air mata mengalir bercucuran membasahi pipiku.
Sampai di Rumah sakit ku dengar suara seorang perempuan menagis sejadi-jadinya di depan ruang ICU. Perempuan itu Rita adik perempuan Rama.
“mas Ramaaa!!!! Jangan pergi…. Kenapa secepat ini mas pergi??” menangis terisak-isak.
Saat itulah ku sadari Rama telah tiada, Ia menghembuskan nafas terkhirnya sebelum aku tiba di ruang ICU. Begitu sulit ku percaya kenyataan ini , berulang kali aku sampai tak sadarkan diri . Aku terlalu mencintainya begitu juga Tuhan, hingga secepat ini Tuhan memanggil Rama menghadapNya.
“mbak Luna, sebelum meninggal mas Rama sempat meminta maaf karena dia harus ninggalin kamu secepat ini, dia juga meminta supaya bola matanya didonorkan untuk kamu. Itu pesan terakhir mas Rama.”
“Ohh Tuhan inikah rencanamu tuk mengubah kehidupanku dan menjawab setiap do’a-do’aku? Aku ikhlaskan apapun yang Kau minta dalam hidupku. Aku percaya semua ini terjadi hanya karena kehendakmu Tuhan”
Hari ini untuk pertama kalinya perban mataku dibuka setelah operasi . Perlahan ku buka mata dan seketika kegelapan itu terlihat samar-samar dan semakin jelas terlihat wajah seseorang dihadapan mataku.
“Lun…Lunn, kamu bisa melihat Omah nak??
Kata seorang wanita tua disampingku, dan itu adalah suara Omah. Ya, Omah yang selama ini merawat dan menyayangiku . Inilah kali pertama aku dapat melihat wajah Omah, dengan berlinang air mata ku peluk Omah. Rita juga ikut menjemputku, ia duduk di samping Omah dank u lihat wajahnya masih menunjukkan kesedihan yang mendalam, aku tahu pasti dia jauh lebih berduka dari aku.
“mbak luna, aku membawa sesuatu untuk mbak.” Rita menyodorkan sebuah bingkisan berwarna coklat dan ternyata berisi Lukisan seorang perempuan.
“perempuan ini aku?’ tanyaku pada Rita
“benar, mas Rama yang melukisnya mbak.” Jawab Rita dengan senyuman mengembang di wajahnya.
“ aku ingin sekali melihat wajah Rama Rit.”
“Oh ya, ini foto mas Rama mabk.” Menyodrkan foto seorang laki-laki berkuli sawo matang dan berhidung mancung.
Ku pandangi foto itu dengan air mata berlinang, dalam hati aku berkata “bagaimana munglin pangeran setampan ini adalah mas Rama yang selama ini mengisi hidupku?”
“mbak, gimana kalu kita ziarah ke makam mas Rama?” Tanya Rita
“iya, aku mau.” Jawabku
Makam yang nisannya bertuliskan Rama Praditya binti Hasan itu masih basah terkena hujan semalam, pagi ini gerimis turun disertai mendung yang menggelap, menggambarkan suasana hatiku yang sedang berduka.
“selamat jalan belahan jiwaku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar