parizz

parizz

Sabtu, 24 Maret 2012

Cerpen II

Hanya maaf

11 Jan 1999, ukiran itu masih tertoreh jelas di serat kulit pohon akasia yang semakin menua termakan waktu. Ranum meamandangi ukiran itu tanpa peduli waktu terus berlalu dan hari telah menyongsong malam. Ia terlanjur larut dalam memori masa kecilnya bertahun-tahun silam , memori yang tidak mungkin hilang dari otaknya. Seketika terbesit dalam benaknya sesosok wajah seorang bocah laki-laki  yang dulu pernah mengisi hari-harinya, mengembangkan senyum di bibirnya dan menceritakan banyak hal tentang kehidupan di dunia ini.
 Bocah ingusan itu begitu berarti buat seorang Ranum , gadis kecil yang kehilangan keceriaannya karena takdir . Ia terlahir dengan keterbatasan fisik, tuna wicara membuatnya merasa berbeda dari teman teman lauinnya, ia dikucilkan, dijauhi, dan diasingkan dari kehidupan sosial. Ranum kecil akhirnya hidup terasing dalam keheningan , larut didalamnya , dan tidak pernah mengenal dunia luar. Ketakutan , ia takut akan mata-mata tajam yang siap mengintainya di luar sana. Namun seiring waktu berlalu seorang bocah ingusan hadir ditengah kekelaman hidupnya, Jojo teman sebayanya  dengan perlahan menuntun Ranum menuju kenyataan.
“ulat kecil, lihatlah! Dari kepompong itu sebentar lagi akan keluar kupu-kupu yang cantik .”
Ranum memandangnya dengan heran dan tak percaya
“eh.. jangan disentuh num!! Biarkan kupu-kupu itu berusaha keluar dengan usahanya sendiri.”
Tambah Jojo
Rasa penasaran ditambah kasihan melihat kupu-kupu itu tak kunjung keluar membuat Ranum beram , ia mengatakan sesuatu pada Jojo  dengan bahasa isyarat yang dimengerti  JoJo.
“kasihan, nanti dia bisa mati.”
“jangan!! Kamu tahu usahanya untuk mengeluarkan diri itulah yang nantinya akan menjadi  kekuatannya untuk bisa terbang..” jelas Jojo
“ta..tapi..”
“kamu mau dia gak akan bisa terbang?”
Ranum berhenti dan terperangah mendengar ucapan Jojo . sesaat kemudian kupu-kupu itu telah mampu keluar dari kepompongnya dan mengepakkan sayap cantiknya .
“kamu lihat kan? Nah ulat kecil, aku ingin kamu belajar dari kupu-kupu itu , semangatnya, usahanya, juga perjuangannya untuk mengeluarkan diri dari jeratan kepompong  hingga bisa hidup di alam bebas dan mengepakkan sayap cantiknya.”
Terlampau jauh ranum menyongsong masa lalu.  Kini lsngit mulsi memerah  dan  sebentar lagi malam menjelang, tapi ia masih ingin menanti Jojo di bukit itu. Ia sangat tahu siapa sahabatnya itu dan Ranum percaya Jojo tak akan mengingkari janji yang diucapkannya 11 tahun silam.
“ aku akan datang num, tunggu aku disini.”
Sementara butiran-butiran bening mulai membasahi pipinya, mengenang kata-kata itu, perasaan bimbang mulai menggelayuti hatinya.
“bagaimana mungkin jojo melupakannya setelah bertahun-tahun aku menanti hari ini tiba. Haruskah ini yang ku dapatkan?”   dalam hatinya mulai bimbang
“Jojoo..!! dasar bodoh ., kenapa aku setolol ini ? mana mungkin Jojo mengingatku .. mungkin ia terlalu sibuk hingga lupa akan janji yang diucapkannya .”

Batinnya menjerit , entah apa perasaan yang dirasakannya kala itu. Kecewa, sedih bercampur luka menjadi satu . ranum pulang membawa segumpal  kecewa  karena tahu ajanji Jojo kini hanya berbuah  butiran-butiran lara yang membanjiri pipinya. Seharian ia menunggu Jojo di bukit tapi kini harus pulang dengan raut kecewa
“ aduh ndukk.!! Kamu itu kemana saja? Dari tadi si mbok cari kemana-mana gak ketemu.”
Ranum hanya menggelengkan kepala seraya mengusap air  mata di pipinya  berharap si mbok tak pernah tahu perasaan yang sedang dideritanya saat itu.
“itu loh.. ada orang mencari kamu nduk. Ayo cepet pulang!”
 Ranum tercengang, mungkinkah orang itu…

****
Sebuah mobil marcedes berwarna silver mewah terpakir di depan halaman rumah gubuk kecil di ujung jalan desa. Ranum berlari meunuju pintu rumah dan mendapati seorang laki-laki berpenampilan parlente dengan jas, dasi, sepatu hitam mengkilat dihadapannya. Bukan seseorang yang selama ini ia bayangkan sebagai sosok seorang Jojo. Mungkinkah bocah ingusan itu kini telah menjelma menjadi seorang pangeran yang begitu sempurna.?
“ah.. ulat kecil, kemana saja kau?” Tanya laki-laki itu pada Ranum
“ulat kecil??” laki-laki itu memanggilku ulat kecil. Ohh tuhan apakan ini benar-benar nyata ataukah hanya ilusi semata??”
Ia benar-benar Jojo , bocah ingusan yang semenjak tadi dinantinya. Ia tak percaya ternyata Jojo masih mengingatnya  dan janji yang diucapkannya dulu. Kali ini air mata membasahi pipinya lagi. Air mata bahagia…
“sudahlah Num, kenapa menangis?, lihatlah kamu sudah menjelma menjadi kupu-kupu yang cantik sekarang.” Sangat berbeda dengan jojo yang ia kenal dulu. Mungkin

Entah apa yang ia rasakan kala itu, di satu sisi rasa senang menyeruak dalam hatinya karena Jojo masih mengingat janji yang siucapkannya 11 tahun silam, di sisi lain ia merasakan ada sesuatu yang aneh pada sosok sahabat kecilnya itu. Penampilan, gaya bicara, dan cara ia menatap Ranum.  Semuanya sudah berbeda, orang dihadapannya itu seperti orang lain, bukan jojo sahabatnya.

Ranum menggerak-gerakan tangannya seraya berbicara pada Jojo
“kamu masih mengingat aku jo?”
Jojo tertawa kecil, “bagaimana bisa aku melupakan sahabat seperti kamu Num?”
**
“Jonathannn??” kata seorang perempuan berambut pirang dank ulit kecoklatan yang muncul dari balik pintu
“jadi ini yang namanya  Ranum?”
Belum sempat Jojo menjawab perempuan itu melanjutkan kata-katanya
“ternyata biasa aja yah? Aku pikir dia lebih dari ini , sampai-sampai kamu rela datang ke kampung kumuh  ini.”
“diam kamu.!!” Bentak Jojo

Ranum tercengang, mendengar kata-kata perempuan itu yang meamnggil jojo dengan Jonathan?
“siapa perempuan ini Jo?”
“dia clarissa” jawab Jojo
“ya, aku adalah istri Jonathan” celetuk perempuan itu

Seketika, Ranum merunduk menyembunyikan air mata yang mulai jatuh di pipinya, rasanya bagai disambar petir , mendengar kata “istri” dari mulut perempuan itu, ranum shock. Kehabisan kata-kata. Tak tahu harus berkata apa lagi.
“ maafkan aku Num! aku tak punya pilihan lain, aku harus menikahinya.” Jelas Jojo
Ranum tersentak sedemikian hebat,  berharap apa yang terjadi saat ini adalah tidak nyata, hanya halusinasi. “hanya maaf?” setelah sekian hari yang dilaluinya untuk menanti seorang  Jojo , dan sekian harapan yang telah melintas dalam benaknya.kini ia hanya bisa diam dan diam, tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Takdir membawanya pada satu kenyataan yang mengharu biru , tak ada pilihan lain untuk Ranum kecuali pasrah dan menerima  apa adanya takdir yang disuguhkan Sang maha Pencipta .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar